Yaa.. kira-kira seperti itu keraguan-keraguan yang sering keluar dari beberapa orang di dalam satu grup Whatsapp, yang dibuat untuk persiapan pendakian kami 2 minggu lalu atau 29-30 Oktober 2016. Saya selalu jawab, “hujan sekarang memang jaminan nanti bakal hujan juga?” Agak-agak sok pede sih.. Tapi bagi saya, ketika satu hal masih bisa diantisipasi, suatu rencana pantang dibatalkan tanpa hal-hal yang sifatnya prinsipal. Apalagi rencana itu melibatkan banyak orang, dan sudah dijadwalkan jauh hari. Saya juga sering bilang, hujan di Jakarta, belum tentu di Pulau Seribu hujan :D. Sedikit banyak, omongan saya (sepertinya) cukup menenangkan kembali beberapa orang yang mulai galau atau gelisah dengan cuaca di Jakarta belakangan.
Hari H tiba, Alhamdulillah omongan saya sepertinya dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa. Pagi itu cuaca di basecamp Cibodas cerah. Langit biru dan hanya sedikit awan menaungi puncak gunung Pangrango. Perjalanan dimulai pukul 6 kurang, dan kami tiba di Pos Kandang Badak pukul 13.00. Sudah banyak cerita yang menggambarkan bagaimana medan pendakian dari Basecamp Cibodas ke Kandang Badak. Tetapi kalau menurut saya sih agak membosankan hehe, kecuali bagian kita bertemu air terjun dan melewati aliran sumber air panas. Rencana awal kami adalah mendaki hingga Mandalawangi, tetapi dengan pertimbangan kira-kira jam 1 baru akan tiba di Kandang Badak, maka perkiraan tiba di Mandalawangi sudah kadung malam. Ditambah lagi ada satu personel yang sudah agak drop.
Sekian detik tiba di Kandang Badak… Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya.. Kami beruntung ada Pak Samsu (yang kami panggil Pak Sem, you know to pronounce Sam in English haha). Pak Sam ternyata sudah memasang satu terpal lebar untuk kami berteduh. 1 – 2 jam hujan belum kelar juga, Pak Sam dengan sigapnya (lagi) meminta tenda-tenda kami untuk dipasang di satu lokasi “rahasia”. Pak Sam luar biasa!! Di saat yang lain berebut lokasi nenda di Kandang Badak, bahkan ada yang memasang tenda di lokasi dengan kontur tanah yang “seadanya”, beliau mendapatkan satu lokasi camping yang datar, bisa buat untuk 4 tenda kami!!
Hujan mulai reda, tenda sudah terpasang.. Kami bisa masuk tenda, ganti baju dan mulai masak-masak. Pukul 7 malam kami semua sudah masuk tenda masing-masing, karena plan kami untuk summit menuju Puncak Pangrango pukul 3 Pagi. Alarm sudah direquest untuk membangunkan kami pukul 02.30, karena menurut perhitungan saya persiapan mulai dari bangun sampai dengan siap jalan adalah sekitar 30 menit.
Malam itu rasanya cepat banget berlalu, tidak berasa alarm dari seorang teman berbunyi… Melawan rasa malas seada-adanya, saya beranjak dari dalam tenda kemudian mengetuk tenda sebelah yang kebetulan dipakai untuk menyimpan peralatan masak. Masak air hangat untuk teh, itu penting menurut saya.. Untuk membantu melawan hawa dingin, dan energi untuk pendakian menuju Puncak Pangrango. Memang agak ribet sih kalau harus ke gunung dengan banyak orang, apalagi ada agenda summit dini hari hehe… Beberapa kali harus diteriakin bangun-bangun susah banget, dan akhirnya baru siap pukul 1/2 4 pagi. Beberapa ada yang cuek untuk tidak menghangatkan badan dengan teh manis, well that’s their issue hehe..
Perjalanan dari Kandang Badak ke Puncak Pangrango kalau bisa dibilang adalah perjuangan pendakian yang sebenar-benarnya. Jalan menanjak yang tiada akhir, ditambah trek agak licin karena habis hujan. 2.5 Jam kemudian, kami tiba di Puncak. Walau tidak sempat menyaksikan mentari terbit dari Puncak, tetapi kami berhasil mendapat moment itu di salah satu sisi punggungan. Lumayan, bisa disambil istirahat. Dalam hati saya bilang sih… Ini kan memang sudah konsekuensi, kalau start jalan saja sudah terlambat, ya masa masih ngarep sunrise? :p. Untung saya sudah mendapatkan view itu beberapa tahun lalu HAHA! *again, at least i’ve tried to wake them up On time, get the tea ready.
Jujur, yang paling membuat saya terharu dengan Pendakian Pangrango ini bukan ketika saya mencapai puncak (ya mungkin krn sunrisenya udah lewat kali ya huehehe), tetapi adalah ketika melihat Mandalawangi untuk kali kedua. Mandalawangi yang masih sama indahnya, masih sama sejuknya, masih sama tenangnya…. Ah Mandalawangi, terima kasih sudah membawa saya kembali untuk menikmati alam yang luar biasa 🙂
Last but not least.. Terima kasih juga untuk kawan-kawan se-pendakian
pengalaman mendaki puncak pagi-pagi sekali memang perlu niat yang bener2, terutama saat sudah menyetel alarm kemudian langsung bangun dan bersiap2, itu butuh semacam usaha ekstra agar tidak terlena rasa ngantuk yang sangat. salam kenal : )