Day 7: Bersepeda di Danau Phewa
Plan kami hari ini adalah berkeliling Danau Phewa dan sekitarnya menggunakan sepeda. Bayangkan, selesai turun gunung bukan pijat malah sewa sepeda, hehe. Mengingat kontur Pokhara yang naik turun, kami memutuskan untuk menyewa sepeda trail yang mempunyai pengaturan gigi untuk memudahkan kami mengayuh di tanjakan. Tawar menawar dilakukan di salah satu penyewaan yang berada di dekat penginapan, dan akhirnya sepakat dengan harga sewa 700 Rupee seharian. Kami pun langsung mengayuh.
Opiq yang bersemangat menunjukan arah, diikuti kami semua yang kepayahan di belakang. Dan lagi-lagi ditambah panas terik yang cukup menyengat. Tapi semua itu terbayar, menyenangkan berkeliling di sekitar Danau Phewa. Danau yang tidak terlalu luas dengan pemandangan bukit-bukit sekitar yang tidak terlalu tinggi. Di sisi bukit Sarangkot, banyak orang yang sedang paragliding. Menyaksikan mereka dari bawah, melayang dengan santainya menuju pinggiran danau. Tarif untuk paragliding ini sekitar 100 USD termasuk rekaman video selama penerbangan. Tapi menurut saya sih, kalau sudah melakukan trekking Poon Hill tidak perlu lagi Paragliding di sini, apalagi pemandangan hanya danau dan gunung es ada jauh di belakang sana. Tapi itu kembali lagi ke pribadi masing-masing, selera. Kalau masih ada uang lebih kenapa tidak? Kalau perlu coba light flight yang terbang sampai ke gunung salju dengan biaya 200 USD.
Memasuki jam makan siang kami mampir di salah satu restoran di pinggir danau. Suasana pinggir danau yang sejuk, ditambah dengan lauk ikan yang akhirnya bisa kembali kami nikmati. Kami memesan Dal Bhat ikan dan ikan pedas. Ya, kami sudah lumayan bosan dengan menu vegetarian, telur dan paling mentok ayam, hehe. Selesai makan kami kembali ke pusat kota, menyusuri jalan yang ramai oleh turis, menghampiri satu per satu toko yang kelihatan menarik.
Semakin malam, kami kembali ke hotel untuk istirahat, sholat sebentar sebelum kembali ke jalan untuk menikmati malam pergantian tahun. Lautan manusia. Sepertinya orang satu Pokhara kumpul semua di sini. Sangat ramai sehingga kami memutuskan untuk berhenti di salah satu café pinggir jalan menunggu pukul 24.00. Pukul 23.00, ternyata kami terlalu lelah menunggu, sisa-sisa trekking masih berasa. Kami memutuskan kembali ke penginapan, untuk menunggu malam pergantian tahun dari roof top Grand Holiday.
Pukul 24.00, petasan dan kembang api menyala bersahutan, sorak-sorai terdengar dari kejauhan. Menurut kami, acara di sini sangat sederhana, hanya jalan yang sangat amat ramai dan beberapa panggung kecil yang dipasang untuk penyanyi lokal menghibur warga. Tapi menurut mereka, mungkin ini sudah meriah. Buat saya sendiri, saya lebih senang melewatkan tahun baru di tempat yang tidak ramai seperti ini. Selamat tahun baru untuk kita semua. Hanya 10 menit, kemudian kami menuju kamar masing-masing karena besok kami berencana untuk melihat matahari terbit 2015 dari Sarangkot.
Day 8: Sunrise 2015 dan Kembali ke Kathmandu
Perjalanan dari penginapan menuju Sarangkot ditempuh dalam waktu 30 menit menggunakan kendaraan dan menanjak. Tetapi, sunrise di Sarangkot atau matahari terbit pertama di 2015 ini mungkin tidak seindah sunrise-sunrise sebelumnya. Suasana mendung, dan matahari hanya bisa mengintip dari balik awan. Sekitar 1.5 jam kami berada di sini, karena hari ini kami juga berencana untuk balik ke Kathmandu.
Kami packing secepatnya, untuk kemudian memanfaatkan beberapa waktu untuk kembali hunting barang unik di sepanjang jalan Reban atau pusat kota Pokhara. Lumayan, di hari terakhir kami dapat beberapa penawaran menarik untuk dibawa pulang, seperti kartu remi khusus, topi kupluk, baju khas Nepal dan beberapa barang yang lain. Sebelum berangkat ke terminal, kami menyempatkan diri untuk makan siang di seberang Grand Holiday. Ternyata restoran sini memiliki menu lengkap dan harga lumayan murah, jadi kami tidak salah pilih. Rasa teh masalanya pun enak.
Pamit dari Grand Holiday, Ramesh yang baik hati menawarkan jeepnya untuk mengantar kami ke terminal, gratis. Lumayan kan. Perjalan ke terminal sekitar 15-20 menit, dan dari sini kami memberhentikan minivan atau mobil seukuran elf menuju Kathmandu, tarifnya tidak bisa ditawar yaitu 500 Rupee per orang. Untuk nyamannnya, disarankan menggunakan bis turis yang berangkat tiap pukul 7.30 pagi, tetapi kami memilih naek van agar bisa menikmati Pokhara lebih lama.
Van berjalan lincah menuju Kathmandu. Lincah dalam artian ngebut luar biasa. Saya yang berniat tidur pun akhirnya hanya bisa terjaga. Ditambah lagi ada mbak-mbak Nepal yang tidak henti-hentinya ngobrol dengan suara keras dengan teman sebangkunya. Berangkat pukul 14.30 dari Pokhara, kami tiba di Kathmandu pukul 20.30. Dari terminal kami menggunakan taksi yang kami tawar 300 Rupee. Terima kasih aplikasi Here Nokia, saya bisa mengukur jarak antara terminal ke penginapan sehingga mendapatkan harga taksi yang pas. Buat yang akan pergi luar negeri, saya merekomendasikan aplikasi ini, karena bisa download peta sewaktu berada di Indonesia, dan bisa digunakan di luar negeri secara offline tanpa harus kena biaya roaming.