2 malam terakhir di Kathmandu kami menginap di Backpackers Inn, yang berada di area Chinatown dan masih berada di daerah Thamel. Saya sendiri agak kurang sreg menginap di sini, lebih memilih menginap di area pusat Thamel atau setidaknya Hotel Holy Lodge tempat menginap kami di malam pertama. Alasannya adalah, suasana hotel di sini tidak tourist friendly, dan di malam pertama kami kebagian kamar yang pernah ditempati oleh perokok, alias smooking room. Ada asbak di dalam kamar, dan aroma tembakau lumayan pekat. Tapi ya sudah lah, hotel sudah dipesan dan kami hanya 2 malam di sini. Untungnya di malam kedua kami bisa berganti kamar ke tempat yang jauh lebih nyaman. Tidak bau rokok.
Hari ini Kathmandu agak mendung, walau tidak hujan. Kami berencana mengunjungi Bhaktapur. Kota tua yang berada di pinggiran Kathmandu, searah ketika kita akan berkunjung ke Nagarkot. Menuju Bhaktapur kami menggunakan bis yang ngetem di dekat Taman Ratna atau Ratnapark. Tarif untuk turis adalah 50 Rupee dengan lama perjalanan sekitar 30 menit.
Turun di pintu masuk Bhaktapur kami agak kaget, ternyata tidak murah untuk dapat masuk ke dalam, turis dikenakan biaya 15 USD atau 1500 Rupee. Mikir juga kan, lumayan duit segitu bisa disimpan untuk beli sesuatu atau mengunjungi tempat lain. Tetapi kadung sudah tiba, dan waktu sudah menunjukan pukul 11.00 kami pun memutuskan masuk ke dalam. Ternyata apa yang kami bayar sepadan dengan apa yang kami rasakan. Suasana Nepal yang kental kami rasakan di sini. Penduduk dengan santai duduk di depan rumah mereka yang masih asli, ada yang sedang asyik membuat topi dari wol, ada anak-anak yang sedang bercanda berlarian, di satu sudut ada pengrajin tembikar. Jepretan demi jepretan kami lepaskan dari kamera kami dan semua puas berada seharian di sini. Kami sudah dapatkan sebagian alam Nepal yang Indah dengan pegunungan es, sekarang kami berkesempatan menyaksikan penduduk Nepal bagaimana mereka menjalani kehidupannya sehari-hari.
Sekilas tentang Bhaktapur, Bhaktapur adalah kota tua yang dilindungi oleh Unesco untuk keragaman budayanya, kuil dan kerajinan. Di dalam Bhaktapur ada beberapa icon penting seperti Bhaktapur Durbar Square atau Layaku, Nyatapola Temple, Bhairab Nath Temple dan masih banyak yang lainnya. Bangunan penting seperti Dattatraya Temple bahkan dibangun pada tahun 1400an.
Kembali dari Bhaktapur, kami menggunakan bis yang sama menuju Kathmandu. Tapi di perjalan kali ini kami mencoba agak nakal sedikit, kami pura-pura jadi orang Nepal agar bisa membayar bis hanya dengan 25 Rupee atau setengah harga dari harga turis. Opiq yang paling mirip orang Nepal kami minta untuk bayar ke kenek bis. Ketika diminta bayar, kenek menanyakan dalam Bahasa Nepal tetapi Opiq hanya menunjukan jarinya saja, 4 jari atau 100 Rupee untuk 4 orang hehe. Dan berhasil, karena kenek tidak minta ongkos tambahan semacam kenek metro mini yang minta ke penumpang ketika harga bensin diumumkan naik. You know what, we do look like Nepali. Beberapa kali selama 9 hari berada di Nepal kami diajak berbicara menggunakan bahasa setempat. And you know what again, sepertinya kenek tadi akhirnya juga tau kalau kami bukan orang Nepal, karena ketika turun kenek tersebut bilang “You stop here, and to Thamel going that way” … Yap keneknya jago Bahasa Inggris. Walau tidak dimintai ongkos tambahan, ada senyum malu di wajah-wajah kami. Tapi kita bersaudara kan? Tampang kita mirip, hehe.
Sudut Bhaktapur